Sabtu, 15 Desember 2012

Program Bantuan Dana Hibah Untuk Indonesia




Program Bantuan Dana Hibah Untuk Indonesia

Salah satu wujud kepedulian bagi umat Islam yang perlu mengembangkan suatu langkah positif dari majelis-majelis Taklim, majelis dakwah dan Taman Pendidikan Alquran,  Yayasan Islam dengan bantuan dana Hibah ini semoga bisa lebih maju semakin peduli untuk generasi penerus Islam untuk kedamaian di bumi Indonesia


Program Bantuan Dana Hibah dapat diwujudkan :



1.   Pengembangan Sarana Prasarana 
2.   Pengembangan Dakwah
3.   Pengembangan Teknologi Informasi
4.   Pengembangan Manajemen Dakwah
5.   Pengembangan Perpustakaan
6.   Pengembangan Sarana Ibadah
7.   Pengembangan Ustad/Guru dengan penggunaan IT
8.   Pengembangan Sarana Dakwah
9.   Pengembangan Taman Belajar Alquran
10.               Pengembangan Buku-buku Pelajaran

Dana diberikan dengan cuma-cuma nilai maksimal permohonan sebesar Rp. 2 Milyar
Pemohon yang berminat bisa menghubungi kepada
YAYASAN HIKMATUL HANDASAH YOGYAKARTA
Jl. Plaosan RT 02 RW 20 Tlogoadi Mlati Sleman
Indonesia 55286
Hotline : 0877 3974 9300
e-mail: airwb@hotmail.com
Pemohon yang berminat harus datang sendiri ke kantor kami dengan membawa proposal lengkap

Minggu, 01 April 2012

SABAR - RIDA


3.    Sabar
Sabar juga termasuk ibadah batin yang tinggi nilainya dalam pandangan Allah. Banyak firman Allah tentang sabar di dalam al-Qur’an, antara lain:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابرُوْنَ أَجْرَهُمْ بغَيْرِحِسَابٍ [1]
Artinya:
Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اسْتَعِيْنُوْا بالصَّبْرِِوَالصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابرِيْنَ [2]
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (menjalankan) shalat, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Sebaliknya, orang yang tidak sabar, yaitu putus asa, menggerutu, gegabah, terburu-buru, dan sebagainya, berat sekali akibat yang dideritanya; bahkan diperingatkan oleh Allah SWT, seperti disebutkan di dalam hadis qudsi:
أنَا اللهُ لآ إِلهَ إِلاَّ أَنَا مَنْ لَمْ يَشْكُرْ عَلَى نَعْمَآئِي وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلآئِي وَلَمْ يَرْضَ بِقَضَآئِي فَلْيَتَّحِذْ رَبًّا سِوَآئِي
Artinya:
Aku Allah, tiada Tuhan melainkan Aku; siapa tidak bersyukur atas nikmat-nikmat pemberian-Ku, tidak bersabar atas ujian-Ku dan ridla terhadap kepastian qadla-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.
Pengertian dan praktek sabar luas sekali, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW:
الصَّبْرُ ثَلاَثَةٌ فَصَبْرٌ عَلَى الْمُصِيْبَةِ وَصَبْرٌ عَلَى الطَّاعَةِ وَصَبْرٌ عَنِ المَعْصِيةِ... (رواه ابن أبي الدنيا عن علي)
Maksudnya demikian; sabar ada tiga macam, yakni:
a.
صَبْرٌ عَلَى الْمُصِيْبَةِ
(Shabrun ’ala al-Mushibah)
b.
صَبْرٌ فِي الطَّاعَةِ
(Shabrun fi al-Tha’ah )
c.
صَبْرٌ عَنِ الْمَعْصِيَةِ
(Shabrun ’an al-Ma’shiyah)

a. Shabrun ’ala al-Mushibah
Shabrun ’ala al-mushibah adalah sabar, tabah, tahan uji menghadapi berbagai ujian dan cobaan hidup. Diuji soal ekonomi, soal kesehatan, soal keluarga, soal pekerjaan dan sebagainya. Bersabdalah Rasulullah SAW:
صَبْرُ سَاعَةٍ عَلَى الْمُصِيْبَةِ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سَنَةٍ [3]
Artinya:
Sabar satu saat atas mushibah itu lebih baik daripada ibadah setahun.
b. Shabrun fi al-Tha’ah
Shabrun fi al-tha’ah adalah kuat, tabah, tekun, rajin, dan bersunguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan; tidak menoleh ke kanan dan ke kiri; tidak terpengaruh sekalipun bagaimana rintangan dan gangguannya.

c. Shabrun ’an al-Ma’shiyah
Shabrun ’an al-ma’shiyah adalah kuat menahan diri dari maksiat. Betapapun pengaruh dan rayuan maksiat, orang yang sabar tidak terpengaruh sedikitpun olehnya, tetapi menjauhkan dan menahan atau menghindarkan diri dari maksiat. Sekalipun ada tekanan-tekanan dan ancaman-ancaman yang ditujukan kepadanya, dia tidak gentar, tidak takut, dan tetap menahan diri dari perbuatan maksiat.
Di dalam prakteknya, sabar harus bersamaan dengan tawakkal. Di samping sabar harus tawakkal, pasrah, sumeleh, menyerah bongkokan kepada Allah SWT. Sabar tanpa tawakkal adalah sabar imitasi, sabar palsu, dan dengan sendirinya, salah guna dan ada pamrih di balik sabarnya itu. Misalnya ada orang mengatakan: ”Sudah tidak kurang-kurang saya menyabarkan diri, akan tetapi, yah, keadaan masih tetap begini saja”. Ini bukan sabar, tetapi malah menggerutu, tidak sabar atas apa yang dialaminya.
Definisi tawakkal antara lain disebutkan dalam kitab Ihya’:
اَلتَّوََكُّلُ عِبارَةٌ عَنِِ اعْتِمَادِ القلْبِ عَلَى الْوَ كِيْلِِ وَحْدَهُ [4]
Artinya:
Tawakkal adalah ibarat dari bersandarnya hati kepada Wakil satu-satunya.
Dengan demikian, tawakkal adalah perbuatan atau sikap batin dan termasuk ibadah batin yang diperintahkan Allah. Banyak sekali ayat-ayat di dalam al-Qur’an tentang tawakkal antara lain:
وَمَنْ يتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ [5]
Artinya:
Dan siapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah-lah yang mencukupkan (keperluan)-nya.
Orang yang tidak tawakkal pasti mengandalkan selain Allah; dia mengandalkan kepandaian, semangat, usaha, perjuangan, jasa-jasa, taat dan ibadah, kekuatan, dan sabarnya, dan sebagainya, yang semua itu merupakan tandingan terhadap kekuasaan Allah. Orang seperti itu terjebak ke dalam syirik khafi (samar), tetapi dia tidak merasa (tidak menyadari).
Di samping sabar dan tawakkal, ada lagi kewajiban yang harus diisi, yaitu ikhtiar (usaha) mencari keadaan yang lebih baik. Misalnya orang sakit, di samping harus sabar dan tawakkal atas derita sakit yang dialaminya, berkewajiban usaha mencari kesembuhan; mencari jamu atau obat ke dokter dan lain-lain. Akan tetapi harus dijaga, di dalam ikhtiar itu jangan sampai mengandalkan ikhtiarnya; sekalipun sudah ikhtiar, harus tetap sabar dan tawakkal. Sebab jika orang mengandalkan usahanya, mengandalkan jamu atau obat, maka tawakkalnya menjadi hilang, sabarnya pun hilang pula. Orang yang mengandalkan usahanya, jika usahanya tidak berhasil, maka ia ngresulo, menggerutu, atau bisa putus asa; jika usahanya berhasil, maka ia merasa bangga, sombong dan semakin berlarut-larut, semakin jauh dari Allah.
Dengan demikian, sabar, tawakkal, dan ikhtiar harus gandeng menjadi satu. Jika hanya sabar dan tawakkal saja, tidak ikhtiar, padahal ada kemampuan dan kondisi yang memungkinkan, maka akan terjadi salah guna, salah penerapan. Akibatnya, ia menjadi orang lumpuh usaha alias pemalas, padahal sifat malas menjadi makanan nafsu. Kemudian dia mengandalkan tawakkal karena sifat malas itu, dan hal ini jelas tertipu oleh bujukan nafsunya. Begitu juga, jika hanya ikhtiar tanpa ada kesabaran dan tawakkal, maka hal itu akan menyeret kepada kesesatan.
Sabar itu menjadi kunci keselamatan dan alat peraih bermacam-macam pertolongan, tawfiq, hidayah, dan perlindungan Allah SWT. Dalam kaitan ini, bersabda Rasullullah SAW:
مَنْ أُعْطِيَ فَشَكَرَ وَابْتُلِىَ فَصَبَرَ وَظُلِمَ فَغَفَرَ وَظَلَمَ فَاسْتَغفَرَ, سَكَتَ رَسُوْلُ الله r قالَ: لهُمُ اْلأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُوْنَ (رواه الطبراني والبيهقي عن سخبرة)
Artinya:
“Siapa yang diberi kemudian bersyukur, diuji bersabar, dizalimi memaafkan, berbuat zalim lalu minta maaf," Rasulullah SAW berdiam sejenak, kemudian bersabda lagi, “mereka itulah orang-orang yang aman (selamat) dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (H.R. Thabrani dan Bayhaqi dari Sakhbarah).
Sabda Rasulullah SAW lagi:
إِنَّ أَعْظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ أَعْظَمِ الْبَلآءِ وَإِنَّ اللهَ تَعَالى إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا ابْتَلاَهُ وَإِذَا صَبَرَ اِجْتَبَاهُ وَإِذَا رَضِيَ اصْطَفَاهُ [6]
Artinya:
Sesungguhnya paling besarnya balasan Allah itu disertai dengan besarnya balak (ujian). Dan sesungguhnya apabila Allah SAW mencintai seorang hamba, Allah menguji nya lebih dahulu, jika sabar maka Allah memilihnya dan jika ridla, disayanginya.
Kata-kata orang kuno yang cocok dengan hadis tersebut adalah ”wong sabar kasihane Allah” (orang yang sabar itu kekasih Allah). Oleh karenanya, siapa yang ingin dikasihi, dicintai oleh Allah, maka dia harus sabar dan rida. Dikatakan bahwa “shabir” (orang yang bersabar) itu lebih utama daripada “syakir” (orang yang bersyukur). Sebab, terhadap “syakir” Allah menjanjikan “la-azidannakum” (kelipatan tambahan nikmat), sedangkan terhadap ”shabir” Allah menjanjikan “Innalla>ha ma’a al-shabirin” (Allah menyertai orang-orang yang bersabar).

Gerak Jiwa dalam Sholat.


 Gerak Jiwa dalam Sholat.
Iringi gerak Alam dengan gerak sholat lima waktu, alam bergerak selama 24 jam dengan segala ketentuanhukum dari Ilahi, jika jiwa mampu melebur dengan gerak alam maka jiwa diantarkan pada sebuah kesadaran memahami hukum Ilahi, disinilah proses pembelajaran yang hakiki dan bermuara pada setiap makna dalam episode kehidupan itu sendiri, jiwa akan hampa, merasa kosong adalah akibat dari ketidak seimbangan antara diri yang mikrokosmik dan alam yang makrokosmik.
Olehnya meleburlah dalam gerak sholat, maka engkau akan melebur dalam kekuatan alam. Dalam sholat sendiri ada lima gerak (menurut penulis) yakni :
a. Gerak Badan.
b. Gerak Nafas.
c. Gerak Mind.
d. Gerak Makna, dan
e. Gerak rasa.
a. Gerak badan ;
adalah bagaimana seluruh alam diri (mikrokosmik) ditempah dalam penghambaan dan pengabdian sehingga terjadi proses perjalanan dari monopoli diri pada tingkat rendah yang penuh dengan ego, nafsu dan sahwat menuju diri yang istikomah. Ini adalah proses awal dalam sebuah kesadaran sholat. Seseorang yang sholat walaupun masih sebatas gerak badan, minimal ia telah memahami dirinya dengan berbagai penyakit diri, olehnya gerak ini harus diselaraskan pada gerak berikut yakni gerak nafas.
b. Gerak Nafas ;
Gerak nafas adalah gerak kesadaran dalam membuka dimensi pada gerak mind, nafas adalah sumber dan kekuatan dasar dalam gerak bagi seluruh sel-sel tubuh, jika irama nafas di iringi dengan bacaan-bacaan sholat maka ia mampu melahirkan fibrasi energi dalam tubuh yang lebih besar dari biasanya, nafaslah yang memegang kunci utama dalam lakon full meditasi, tapa brata, mahabarata atau mi’raz karena sebagai titik awal dalam membuka fokus gerak mind.
c. Gerak Mind ;
Mind mempunyai gerak yang yang bersifat willd motion ; liar dan susah dikontrol, olehnya dengan memahami gerak utama syahadat, maka gerak mind setidaknya bisa diarahkan dengan bantuan gerak nafas dan apa yang menjadadi esensi shahadat. Maka makna doa pembuka dalam sholat ; Inni wahjatu wajahia Lilladji (kuhadapkan wajahku dengan wajah Tuhan) bisa digapai.
Jika gerak mind dapat dikontrol maka selanjutnya gerbang untuk memasuki gerak makna dalam sholat bisa dipahami.
d. Gerak Makna ;
Adalah penghayatan dengan kesadaran yang baik akan setiap bacaan-bacaan dalam sholat serta membuka jiwa pada pemahaman rasa. Yakni sebuah rasa akan komunikasi dengan Tuhan. Dengan makna inilah seseorang akan mengiringi setiap lakon hidupnya sehari-hari. Bukankah sholat adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar.? Bukankah Sholat adalah mengingat Allah karena esensi sholat adalah Mi’raz itu sendiri.